Aceh Keturunan Arab

Aceh Keturunan Arab

Pindah Ke Inggris Sejak Kecil

Di usia 11 tahun, Carvalho beserta orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Inggris, tepatnya pada 2013. Itu mereka lakukan karena kehidupan yang sulit di tanah asal.

Di negara barunya, pemain yang bisa beroperasi di sektor sayap itu awalnya bergabung dengan akademi Basham, hingga bakatnya dilirik oleh Fulham, yang sempat menolaknya di masa lalu.

Carvalho kemudian menembus tim utama The Cottagers pada 2020, dengan ia memulai debut sebagai pemain pengganti dalam kemenangan 2-0 atas Sheffield Wednesday di ajang Piala Liga.

Adapun saat masih di akademi Fulham, Carvalho yang sudah lama di Inggris dipanggil ke tim junior Three Lions dari U-16 hingga U-18, namun sekarang ini ia memutuskan membela Portugal U-21.

Carvalho Keturunan Timor Leste?

Kabar ini pertama kali diembuskan oleh media luar yakni Sports Mole, yang menulis bahwa pemain yang berposisi sebagai gelandang serang itu bisa mewakili Timor Leste.

Mereka tidak menjelaskan secara rinci dari mana Carvalho memperoleh garis keturunan tersebut, namun yang pasti ayahnya berasal dari Angola dan ibunya dari Madeira, Portugal.

Hal itu dikonfirmasi oleh sang ayah, Victor Carvalho, kepada media Portugal MaisFutebol: “Fabio adalah putra dari ayah seorang Angola dan ibunya berasal dari Madeira.

“Dia berasal dari Portugal dan berkebangsaan Portugal. Untuk saat ini dia bahkan tidak memiliki paspor Inggris.

“Dia menginginkan tim nasional Portugal, itu selalu menjadi mimpinya.”

Banda Aceh (ANTARA) - Surat permohonan bantuan dari keturunan Sultan Aceh Cut Putri yang juga pemimpin Darud Donya kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mendapat respon baik dari Pemerintahan Turki.

"Kami sangat berterima kasih atas respon dan sambutan baik, serta perhatian Turki kepada rakyat Aceh yang kini sedang berjuang," kata Cut Putri dalam keterangannya, di Banda Aceh, Selasa.

Sebelumnya, keturunan Sultan Aceh Cut Putri mengirimkan surat resmi kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Surat itu berisi permohonan bantuan kepada pemimpin Turki untuk membantu Aceh yang kini tengah berada dalam kondisi darurat sejarah.

Melalui surat tersebut disampaikan bahwa saat ini Aceh sudah membutuhkan bantuan Turki untuk membantu menyelamatkan khazanah dan warisan islam Asia Tenggara di Aceh yang sedang kritis dan terancam dimusnahkan karena adanya pembangunan IPAL di Banda Aceh.

Baca juga: Sastra kuno Naskah Hikayat Aceh diusulkan jadi nominasi Memori Dunia

Baca juga: Keturunan Sultan Aceh kirim surat permohonan bantuan ke Presiden Turki

Cut Putri mengatakan, dirinya sudah berkomunikasi langsung dengan Wakil Perdana Menteri Turki Fikri Isik, dan menegaskan bahwa mereka akan selalu peduli kepada Aceh.

"Beliau (Wakil Perdana Menteri Turki) tegaskan bahwa bertekad untuk mengikuti jejak nenek moyangnya untuk peduli kepada Aceh," ujarnya.

Cucu Sultan Aceh keturunan Sultan Jauharul Alam Syah Johan Berdaulat Zilullah Fil Alam itu bersyukur bahagia atas sambutan baik dari Turki terkait usaha penyelamatan situs sejarah peradaban islam Asia Tenggara di Aceh yang sedang diperjuangkan tersebut.

"Pihak Turki juga ingin tahu lebih jauh dan mempelajari lebih dalam tentang situasi darurat (sejarah) yang sedang terjadi di Aceh," kata Cut Putri.

Pemerintah Banda Aceh kembali melanjutkan pembangunan proyek IPAL di Gampong Pande kota setempat pada akhir Februari 2021. Bangunan itu sempat dihentikan karena banyak ditemukan situs bersejarah seperti nisan makam raja dan ulama Aceh pada 2017 lalu.

Kemudian, kelanjutan pembangunan tersebut menuai kritikan serta penolakan dari berbagai kalangan masyarakat Aceh, terutama warga setempat, budayawan hingga keturunan raja Aceh.*

Baca juga: Ibadah di Masjid Tua Indrapuri Aceh, peninggalan peradaban Islam

Baca juga: Meriam peninggalan Kerajaan Aceh jadi situs wisata baru di Aceh Barat

Pewarta: Rahmat FajriEditor: Erafzon Saptiyulda AS Copyright © ANTARA 2021

HARIAN PELITA JAKARTA — Cucu almarhum Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah berharap kakeknya mendapat pengakuan sebagai Pahlawan Nasional dari Presiden Joko Widodo.

Pada masa penjajahan menurut Tengku Dian Anggraeni kakeknya telah mengorbankan tahta, harta dan keluarga demi memperjuangkan negara Indonesia.

Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah berasal dari Aceh Darussalam. Pada masa penjajahan, kakeknya pantang menyerah untuk mempertahankan NKRI. Ahli waris serta keturunannya ini menjelaskan, kakeknya lahir pada tahun 1864 dan wafat pada tanggal 6 February 1939 kini dimakamkan di TPU Kemiri, Utan Kayu, Jakarta Timur.

“Harapan lainnya dari kami adalah kami berharap bapak Presiden Joko Widodo dan ibu Risma Menteri Sosial bisa memberikan penghargaan kepada Sultan, berupa pengakuan Sultan sebagai Pahlawan Nasional tanpa syarat. Karena perjuangan beliau sudah sangat nyata dan jelas,” tegas Tengku Dian Anggraeni yang lahir 4 Februari 1975, Senin (13/12/2021).

Selain itu, karena telah berkorban memperjuangkan NKRI pada masa hidupnya, kata Dian, makam Sultan Allaidin Muhammad Daud Syah dinilai merupakan bagian dari situs sejarah patut dijaga.

Ia menambahkan, untuk Aceh Darussalam sendiri telah berusia 700 tahun dan memiliki 42 Sultan dan Sultanah. Bahkan, pada Senin 13 Desember 2021 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan menghadiri pemugaran dilokasi pemakaman Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah di TPU Kemiri.

Kemudian, untuk mengenang jasa pahlawan diutarakan Dian perlu dipasang simbol khusus agar dapat diketahui oleh masyarakat luas.

Hal ini dimaksudkan juga tak lain untuk mempermudah sanak keluarga mencari lokasi makam Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah bila berkunjung ke Jakarta.

” Membuat pembedaan dari makam yang ada di TPU tersebut. Kemungkinan besar area makam Sultan akan dibuat semacam situs sejarah yang sudah ditandai dengan barcode yang tertera di prasasti,” kata Tengku Dian Anggraen Binti Tuanku Ali Zulkarnaen Bin Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah.

Berikut silsilah Sultan Muhammad Daud Syah yang dikirim salah seorang cucu sultan, Tengku Dian Anggraeni ,

Tuanku Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah memiliki empat istri.Istri pertama bernama Permaisuri Teungku Putroe Gambar Gading dimakamkan di TPU Kemiri Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur.

Dari permaisuri ini, lahir anak kembar yaitu Tuanku Raja Cut Rayeuk (mangkat ketika masih bayi) dan Tuanku Raja Ibrahim yang disebut juga Tuanku Raja Manyak.

Tuanku Raja Ibrahim menikah dengan tujuh istri, (1) Potjut Hamidah, dikaruniai dua orang anak yakni Tengku Putro Safiatuddin Cahya Nur Alam, tinggal di Mataram (almarhumah) dan Tengku Putro Darma Kasmi Cahya Nur Alam (almarhumah).

Istri kedua (2) bernama Tjupo Hawa. Dikarunia tiga anak yaitu Tuanku Raja Zainal Abidin (almarhum, dan dimakamkan di Riweuk pidie), Tengku Putro Sariawan Ratna Keumala (tinggal di Banda Aceh), dan Tuanku Raja Mansyur (almarhum).

Istri ketiga (3) bernama Tjupo Hafsah. Memperoleh anak Tengku Putro Rengganis Jaya Kusuma (tinggal di Tangse Pidie), Tuanku Raja Kamaluddin (almarhum, meninggal di Banda Aceh saat tsunami 2004).

Istri keempat (4) Tjupo Chatidjah, lahir anak Tuanku Raja Johan (almarhum, dimakamkan di Cot Sukon Langga Pidie), Tuanku Raja Syamsuddin (tinggal di Lhokseumawe), dan Tuanku Raja Muhammad Daud (tinggal di Lhokseumawe).

Istri kelima (5) Potjut Aminah, lahir anak Tuanku Raja Iskandarsyah (almarhum, dimakamkan di Riweuk Pidie disamping makam TR Zainal Abidin).

Istri keenam (6) Potjut Marjam lahir anak Tengku Putro Sukmawati (tinggal di Banda Aceh).

Istri ketujuh (7) Tjupo Manjak, lahir anak Tuanku Raja Yusuf (tinggal di Banda Aceh), Tuanku Raja Sulaiman (tinggal di Kota Bakti Pidie), Tengku Putro Gamba Gading (tinggal di Sabang), dan Tuanku Raja Ishak Badruzzaman (tinggal di Kota Bakti Pidie).

Selanjutnya Istri kedua Sultan Muhammad Daud Syah bernama Pocut Manyak Cot Murong (tidak memiliki keturunan. Ia memelihara Tuanku Raja Manyak).

Istri ketiga Sultan Muhammad Daud Syah adalah Teungku Jam Manikam binti Tuwanku Mahmud (dimakamkan di Keudah, tidak mempunyai keturunan).

Istri keempat Sultan Muhammad Daud Syah adalah Hajjah Neng Effi (berasal dari Banten dimakamkan di Pekuburan Raja-raja Komplek Baperis, Banda Aceh).

Pasangan ini dikaruniai anak: 1. Tengku Poetro Laila Kusuma , memiliki anak Cut Nazaria (tinggal di Banda Aceh). Kemudian, Teuku Nazarudin (tinggal di Jakarta), Cut Kasmawati (tinggal di Banda Lombok), dan Cut Mutia (tinggal di Banda Aceh), serta Fauziah (tinggal di Banda Aceh).

2. Tuwanku Muhammad, memiliki keturunan yaitu Tuwanku Muhamad Daud di Jakarta (almarhum), dan Tuwanku Yusuf di Jakarta (almarhum).

3. Tuwanku Aziz, punya anak bernama Tengku Farida (tinggal di Jakarta), Tuwanku Saiful Anhar (tinggal di Jakarta), Tengku Azizah (tinggal di Banda Aceh), Tengku Sila (tinggal di Jakarta), Tengku Inal (tinggal di Jambi), Tengku Inong (tinggal di Karawang), Tuwanku Maulana (tinggal di Jakarta), Tuwanku Iskandar (tinggal di Jakarta), Tuwanku Hikmah (tinggal di Jakarta).

5. Tuwanku Ali Zulkarnaen Samsul Bahar memiliki anak bernama: Tuwanku Boy Rizal Agustiaz (tinggal di Jakarta), Tuwanku Piaramon Julizar (tinggal di Jakarta), Tengku Dian Anggraeni (tinggal di Jakarta), Tengku Devi Aditia Fenica (tinggal di Jakarta),Tengku Poppyca Mardiana (tinggal di Jakarta),Tengku Mutia Depril Kartin (tinggal di Jakarta), dan Tengku Sendy Marliza (tinggal di Jakarta). ●Redaksi/Didi Wijayanto

Keturunan Sultan Aceh, Cut Putri, mengatakan suratnya ke Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan direspons baik pemerintah Turki. Surat itu berisi permintaan bantuan karena dirinya menilai Aceh dalam kondisi darurat.

"Kami sangat berterima kasih atas respons dan sambutan baik serta perhatian Turki kepada rakyat Aceh yang kini sedang berjuang," kata Cut Putri seperti dilansir dari Antara, Rabu (20/10/2021).

Cut Putri mengatakan dirinya berkomunikasi langsung dengan mantan Wakil Perdana Menteri Turki. Menurutnya, mantan wakil perdana menteri itu berjanji membantu mengatasi masalah di Aceh yang dikeluhkannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beliau (Wakil Perdana Menteri Turki) tegaskan bahwa bertekad untuk mengikuti jejak nenek moyangnya untuk peduli kepada Aceh," ujarnya.

Cucu Sultan Aceh keturunan Sultan Jauharul Alam Syah Johan Berdaulat Zilullah Fil Alam itu mengaku bahagia atas sambutan baik dari Turki terkait usaha penyelamatan situs sejarah peradaban Islam Asia Tenggara di Aceh. Dia menyebut pihak Turki bakal mempelajari lebih lanjut kondisi di Aceh.

"Pihak Turki juga ingin tahu lebih jauh dan mempelajari lebih dalam tentang situasi darurat (sejarah) yang sedang terjadi di Aceh," kata Cut Putri.

Sebelumnya, Cut Putri mengirimkan surat kepada Erdogan. Dia meminta bantuan kepada Erdogan untuk membantu mengatasi kondisi darurat di Aceh.

"Surat itu berisi permohonan bantuan kepada pemimpin Turki untuk membantu Aceh yang kini tengah berada dalam kondisi darurat," kata Cut Putri seperti dilansir dari Antara, Jumat (8/10).

Cut Putri mengatakan surat itu berisi soal Aceh yang membutuhkan bantuan Turki untuk menyelamatkan khazanah dan warisan Islam Asia Tenggara di Aceh. Menurutnya, kondisi warisan Islam di Aceh sedang pada masa kritis dan terancam dimusnahkan.

Cut Putri menyebut situs sejarah itu termasuk makam kuno para raja dan ulama kesultanan Aceh Darussalam. Ada juga situs makam para ulama dan perwira pasukan Turki Usmani yang dulu dikirim oleh Sultan Turki Utsmani untuk membantu kesultanan Aceh.

Situs yang paling terancam, kata Cut Putri, adalah khazanah peninggalan sejarah peradaban bangsa Turki di kawasan situs sejarah Istana Darul Makmur Kuta Farushah Pindi Gampong Pande Banda Aceh. Situs tersebut terancam musnah dengan dibangunnya proyek IPAL Banda Aceh.

Keturunan Sultan Aceh, Cut Putri, yang juga pemimpin Darud Donya mengirimkan surat kepada Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Apa isinya?

"Surat itu berisi permohonan bantuan kepada pemimpin Turki untuk membantu Aceh yang kini tengah berada dalam kondisi darurat," kata Cut Putri seperti dilansir dari Antara, Jumat (8/10/2021).

Cut Putri mengatakan surat itu berisi soal Aceh yang membutuhkan bantuan Turki untuk menyelamatkan khazanah dan warisan Islam Asia Tenggara di Aceh. Menurutnya, kondisi warisan Islam di Aceh sedang pada masa kritis dan terancam dimusnahkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cut Putri menyebut situs sejarah itu termasuk makam kuno para raja dan ulama kesultanan Aceh Darussalam. Ada juga situs makam para ulama dan perwira pasukan Turki Usmani yang dulu dikirim oleh Sultan Turki Utsmani untuk membantu kesultanan Aceh.

Situs yang paling terancam, kata Cut Putri, adalah khazanah peninggalan sejarah peradaban bangsa Turki di kawasan situs sejarah Istana Darul Makmur Kuta Farushah Pindi Gampong Pande Banda Aceh. Situs tersebut terancam musnah dengan dibangunnya proyek IPAL Banda Aceh.

"Kawasan bersejarah berisi ribuan makam para raja dan ulama kesultanan Aceh Darussalam dan peninggalan bangunan-bangunan kuno," ujarnya.

Cut Putri mengatakan proyek IPAL mendapat protes dari sebagian masyarakat. Menurutnya, segala upaya sudah dilakukan untuk mencegah musnahnya warisan budaya Islam di Aceh.

"Para raja dan ulama Kesultanan Aceh adalah para aulia, pendiri tonggak sejarah tegaknya dakwah Islam di Asia Tenggara, yang telah memilih tanah Aceh sebagai tempat bersemayam tulang belulangnya," kata Cut Putri.

Atas dasar itu, Cut Putri menyatakan Aceh dalam kondisi darurat dan sangat membutuhkan bantuan Presiden Turki, Erdogan dan dukungan rakyat Turki. Dia mengatakan pihaknya telah membahas hal ini dengan Wakil Perdana Menteri Turki dalam kunjungan kenegaraan bersama Duta Besar Turki ke Aceh.

"Besar harapan kami agar Presiden Recep Tayyip Erdogan bersama segenap rakyat Turki dapat membantu kami di sini yang sedang berjuang," ujarnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya

Saksikan juga 'Erdogan Sambangi Putin di Rusia, Bahas Apa?':

[Gambas:Video 20detik]

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA – Sebagian besar keturunan Sultan Aceh terakhir, Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah  ternyata berdomisili di Jakarta.

Berikut  silsilah Sultan Muhammad Daud Syah yang  dikirim salah seorang cucu sultan, Tengku Dian Anggraeni  kepada Serambinews.com, Senin (4/10/2021).

Tuanku Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah memiliki empat istri.

Istri pertama bernama  Permaisuri Teungku Putroe Gambar Gading (dimakamkan di TPU Kemiri Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur).

Dari permaisuri ini, lahir anak kembar yaitu Tuanku Raja Cut Rayeuk (mangkat ketika masih bayi) dan  Tuanku Raja Ibrahim yang disebut juga Tuanku Raja Manyak.

Tuanku Raja Ibrahim menikah dengan tujuh istri,  (1) Potjut Hamidah, dikaruniai  dua orang anak  yakni Tengku Putro Safiatuddin Cahya Nur Alam, tinggal di Mataram (almarhumah) dan  Tengku Putro Darma Kasmi Cahya Nur Alam (almarhumah).

Baca juga: Gubernur Anies Baswedan Pesankan Dibuat Barcode Tentang Jejak Sultan Aceh Muhammad Daud Syah

Istri kedua  (2) bernama  Tjupo Hawa. Dikarunia tiga anak yaitu Tuanku Raja Zainal Abidin (almarhum, dan dimakamkan di Riweuk pidie),  Tengku Putro Sariawan Ratna Keumala (tinggal di Banda Aceh), dan Tuanku Raja Mansyur (almarhum).

Istri ketiga (3) bernama  Tjupo Hafsah. Memperoleh anak  Tengku Putro Rengganis Jaya Kusuma (tinggal di Tangse Pidie), Tuanku Raja Kamaluddin (almarhum, meninggal di Banda Aceh saat tsunami 2004).

Istri keempat (4) Tjupo Chatidjah, lahir anak Tuanku Raja Johan (almarhum, dimakamkan di  Cot Sukon Langga Pidie), Tuanku Raja Syamsuddin (tinggal di Lhokseumawe),  dan Tuanku Raja Muhammad Daud (tinggal di Lhokseumawe).

Istri kelima (5) Potjut Aminah, lahir anak Tuanku Raja Iskandarsyah (almarhum, dimakamkan di Riweuk Pidie disamping makam TR Zainal Abidin).

Istri keenam (6) Potjut Marjam lahir anak Tengku Putro Sukmawati (tinggal di Banda Aceh).

Istri ketujuh (7)  Tjupo Manjak, lahir anak Tuanku Raja Yusuf (tinggal di Banda Aceh),  Tuanku Raja Sulaiman (tinggal di Kota Bakti Pidie),  Tengku Putro Gamba Gading (tinggal di Sabang), dan Tuanku Raja Ishak Badruzzaman (tinggal di Kota Bakti Pidie).

Baca juga: Pugar Makam Sultan Aceh, Gubernur Nova Sampaikan Terima Kasih kepada Anies Baswedan

Selanjutnya Istri kedua Sultan Muhammad Daud Syah bernama  Pocut Manyak Cot Murong (tidak memiliki keturunan. Ia memelihara  Tuanku Raja Manyak).

Daftar keturunan Nuh (bahasa Inggris: Generations of Noah) juga disebut Tabel Bangsa-bangsa (bahasa Inggris: Table of Nations) Kejadian 10 (Kejadian 10:1–32) dengan salinan dalam 1 Tawarikh 1 (1 Tawarikh 1:1–27) pada Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen) merupakan suatu silsilah keturunan putra-putra Nuh serta penyebarannya ke berbagai tanah dan negeri setelah Air Bah, berfokus pada kelompok masyarakat utama pada zaman penulisan catatan tersebut. Istilah "bangsa-bangsa" merupakan terjemahan kata Ibrani "goy", yang kemudian pada tahun 400 M pada terjemahan Alkitab bahasa Latin, Vulgata ditulis sebagai "nationes"/"nationibus", selanjutnya menjadi "nations" dalam bahasa Inggris, tetapi tidak mempunyai konotasi politik yang sama dengan arti kata saat ini.[2]

Daftar yang terdiri dari 70 nama untuk pertama kalinya memperkenalkan sejumlah etonim dan toponim yang penting dalam geografi alkitabiah[3] seperti ketiga putra Nuh: Sem, Ham dan Yafet, yang menurunkan rumpun bangsa Semit, Hamit dan Yafetit, juga cucu-cucu Nuh tertentu yaitu Elam, Ashur, Aram, Kush, dan Kanaan, menurunkan bangsa Elam, Asyur, Aram, Kush dan Kanaan, juga keturunan berikutnya termasuk Eber (yang menurunkan "Ibrani"), raja-pemburu Nimrod, bangsa Filistin dan putra-putra Kanaan termasuk Het, Yebus dan Amorus, yang menurunkan bangsa Het, Yebus dan Amori.

Ketika Kekristenan mengambil alih dunia Romawi, berkembanglah ide bahwa semua penduduk dunia diturunkan dari Nuh. Namun identifikasi tradisi Yahudi Helenistik mengenai leluhur berbagai bangsa, yang sebenarnya lebih terkonsentrasi pada dunia Laut Tengah dan Timur Dekat, menjadi terentang meluas. Bangsa-bangsa di utara yang berperan penting pada zaman Romawi Akhir dan dunia abad pertengahan, seperti orang Kelt, Slavia, Jerman dan Nors tidak tercakup, demikian pula bangsa-bangsa lainnya. Berbagai pengaturan telah diusulkan oleh para sarjana, misalnya bangsa Skithia, yang termasuk ke dalam tradisi, dianggap sebagai leluhur sebagian besar Eropa Utara.[4]

Menurut Joseph Blenkinsopp, adanya 70 nama pada daftar ini secara simbolis menunjukkan kesatuan ras manusia, terkoresponden dengan 70 keturunan Israel yang pindah ke Mesir bersama Yakub pada Kejadian 46 (Kejadian 46:27) dan 70 tua-tua Israel yang bertemu dengan Allah bersama-sama Musa dalam upacara perjanjian pada Keluaran 24 (Keluaran 24:1–9).

Kejadian 1–11 disusun dari lima pernyataan toledot atau "silsilah" (" Inilah keturunan..."), di mana "keturunan Sem, Ham dan Yafet, anak-anak Nuh" adalah yang keempat. Peristiwa-peristiwa sebelum kisah "Air Bah", "toledot" utama, berhubungan dengan kisah sesudahnya: dunia setelah Air Bah merupakan suatu penciptaan baru yang berkaitan dengan kisah penciptaan mula-mula, karena sebagaimana Adam, Nuh mempunyai tiga putra yang akan memenuhi dunia. Keterkaitan itu berlanjut lebih jauh: ada 70 nama dalam daftar, terkait dengan 70 orang keturunan Israel yang pindah ke Mesir di akhir Kitab Kejadian dan 70 tua-tua Israel yang naik ke atas gunung Sinai untuk bertemu dengan Allah dalam Kitab Keluaran. Kekuatan simbolis angka-angka ini mendasari cara pengaturan nama-nama dalam kelompok tujuh, menunjukkan bahwa daftar itu mengandung makna simbolik obligasi moral universal.

Struktur daftar ini pada Kejadian 10 adalah:

Keseluruhan prinsip yang mengatur berbagai bangsa dalam daftar ini sukar dicerna: dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh umat manusia, tetapi terbatas pada wilayah di selatan tanah Mesir, negeri-negeri Mesopotamia, Anatolia dan Yunani Ionia, lagi pula "Putra-putra Nuh" tidak diorganisir secara geografis, bahasa maupun kelompok etnis di dalam daerah-daerah ini. Daftar ini nyatanya memuat sejumlah kesulitan: misalnya nama Syeba dan Hawilah dicatat dua kali, pertama sebagai keturunan Kush bin Ham (ayat 7), dan kemudian sebagai putra-putra Yoktan, cicit Sem, dan bilamana keturunan Kush adalah penduduk Afrika pada ayat 6–7, keturunan Yoktan adalah penduduk Mesopotamia pada ayat 10–14.

Penyusunan Kejadian 1–11 tidak dapat ditetapkan secara tepat, meskipun tampaknya pada mulanya ada inti kisah yang pendek yang kembudian dikembangkan dengan data tambahan. Sebagian daftar mungkin diturunkan pada abad ke-10 SM, sementara bagian lain rupanya dari abad ke-7 dan revisi para imam pada abad ke-5. Kombinasi dari pandangan dunia, mitos dan silsilah tersebut dianggap berkaitan dengan tulisan sejarawan Yunani Hekataios dari Miletos, yang aktif sekitar tahun 520 SM.

Sumber: Kejadian 10:2–5 Keturunan Yafet ialah

Keturunan Gomer ialah

Keturunan Yawan ialah

Sumber: Kejadian 10:6–20 Keturunan Ham ialah

Anak-anak Raema ialah

Kush memperanakkan Nimrod.

Misraim memperanakkan

Daerah orang Kanaan adalah dari Sidon ke arah Gerar sampai ke Gaza, ke arah Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim sampai ke Lasa.

Sumber: Kejadian 10:21–31 Keturunan Sem ialah

itulah semuanya keturunan Yoktan.

Daerah kediaman mereka terbentang dari Mesa ke arah Sefar, yaitu pegunungan di sebelah timur.

Pasal 1 Tawarikh 1 memasukkan suatu versi Tabel Bangsa-bangsa dari Kitab Kejadian, tetapi disunting untuk memperjelas bahwa tujuannya adalah mencatat sejarah bangsa Israel. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada cabang keturunan Abraham, dan tidak memuat ulang Kejadian 10:9–14, yaitu bagian mengenai Nimrod bin Kush, yang terkait dengan sejumlah kota di Mesopotamia, sehingga tidak memperlihatkan kaitan Kush dengan Mesopotamia.

Tabel Bangsa-bangsa dikembangkan lebih detail pada pasal 8–9 Kitab Yobel, yang kadang-kadang dikenal sebagai "Kitab Kejadian yang lebih kecil" ("Lesser Genesis"), suatu karya dari zaman awal periode Bait Kedua. Kitab Yobel dianggap sebagai Pseudepigrapha oleh sebagian besar orang Kristen dan sekte-sekte Yahudi tetapi dipandang berguna oleh sejumlah Bapa Gereja. Pembagian keturunan-keturunan di seluruh dunia dianggap dipengaruhi kuat oleh "Peta dunia Ionian" ("Ionian world map") yang digambarkan dalam Histories karya Herodotus, dan perlakuan yang aneh terhadap Kanaan dan Madai dianggap sebagai "propaganda untuk ekspansi teritorial negara Hasmonean".[16]

Alkitab Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani di Alexandria atas permintaan Ptolemaios II, yang memerintah Mesir pada tahun 285–246 SM. Versi Tabel Bangsa-bangsa serupa dengan teks Ibrani, tetapi dengan perbedaan berikut:

Kisah Air Bah memuat bagaimana Nuh dan ketiga putranya Sem, Ham, dan Yafet, bersama-sama dengan istri-istri mereka, diselamatkan dari air bah untuk kembali menghuni dan memenuhi dunia.

Sejarawan Yahudi-Romawi abad ke-1 Masehi, Flavius Yosefus, dalam tulisannya Antiquitates Iudaicae Buku 1, pasal 6, termasuk salah satu orang pertama di antara banyak orang yang mencoba mencocokkan kelompok etnis yang dikenal pada zaman itu dengan nama-nama yang terdaftar pada Kejadian 10. Pencocokan yang dibuatnya menjadi dasar bagi banyak pengarang di kemudian hari, yaitu:[26]

Hippolitus dari Roma, dalam karyanya Diamerismos (~234, terlestarikan dalam berbagai salinan bahasa Latin dan Yunani),[27] membuat upaya lain untuk mencocokkan kelompok etnis dengan nama-nama pada Kejadian 10. Ada dugaan bahwa ada pengaruh dari Kitab Yobel.[28]

Perbedaan dengan versi Yosefus adalah:

Chronography of 354, Panarion karya Epiphanius of Salamis (~375), Chronicon Paschale (~627), History of Albania karya sejarawan Georgia, Movses Kaghankatvatsi (abad ke-7), dan Synopsis of Histories karya John Skylitzes (~1057) mengikuti identifikasi Hippolitus.

Hieronimus (Jerome), menulis pada ~tahun 390, memberikan perbaikan identifikasi versi Yosefus dalam karyanya Hebrew Questions on Genesis. Daftarnya hampir serupa dengan susunan Yosefus, dengan sejumlah perbedaan berikut:

Sarjana Isidorus dari Sevilla, dalam karyanya Etymologiae (~600), mengulangi semua identifikasi Jerome, tetapi dengan perubahan-perubahan kecil berikut:[29]

Identifikasi Isidorus untuk putra-putra Yafet diulangi dalam Historia Brittonum yang dianggap ditulis oleh Nennius dan juga menjadi dasar bagi berbagai tulisan sarjana abad pertengahan, tetap demikian sampai Zaman Penemuan memunculkan teori-teori baru, seperti yang diutarakan oleh Benito Arias Montano (1571), yang mengusulkan pengkaitan Meshech dengan Moskow, dan Ofir dengan Peru.

Pada terjemahan Alkitab bahasa Yunani, Septuaginta (LXX), teks Kitab Kejadian memuat satu tambahan putra Yafet, "Elisa", di antara Yawan dan Tubal; tetapi, karena nama ini tidak dijumpai pada sumber kuno lainnya, mauapun dalam Kitab 1 Tawarikh, hampir secara universal dianggap duplikat Elisa, putra Yawan. Kehadiran Elisa dan Kainan putra Arpakhsad (lihat di bawah) dalam Alkitab bahasa Yunani merujuk pada penomoran tradisional di kalangan orang Kristen mula-mula yang menghitung 72 nama, bukannya 70 nama yang didapati pada sumber-sumber Yahudi dan Kristen Barat.

Pada awal abad ke-9 ahli gramatika Yahudi, Judah ibn Quraysh, melihat hubungan antara bahasa Semitik dan Kushit; ahli linguistik modern menggolongkannya ke dalam dua keluarga (family), bersama dengan kelompok bahasa Mesir, Berber, Chadic, dan Omotic ke dalam keluarga bahasa Afro-Asiatik yang lebih besar. Lagi pula, bahasa-bahasa di selatan setengah Afrika sekarang dipandang termasuk beberapa keluarga tersendiri yang independen dari kelompok Afro-Asiatik. Sejumlah teori Hamitik yang sekarang sudah ditinggalkan telah dianggap sebagai rasis; terutama teori yang diusulkan pada abad ke-19 oleh Speke, bahwa orang Tutsi dianggap keturunan Ham dan karenanya "superioer secara inheren" (inherently superior).[49]

Seorang imam Yesuit dari abad ke-17, Athanasius Kircher, mengira bahwa orang Tionghoa diturunkan dari Ham melalui orang Mesir.

Putra-putra Nuh tidak disebutkan nama-namanya dalam Qur'an, melainkan hanya dicatat bahwa salah satu putranya termasuk orang-orang yang tidak mengikuti Nuh, bukan tergolong orang percaya, sehingga tenggelam dalam air bah. Juga Qur'an mengindikasikan bencana besar, cukup untuk menghancurkan orang-orang pada zaman Nuh, tetapi menyelamatkan Nuh dan keturunannya.[55]

Daniel A. Machiela (2009). "A Comparative Commentary on the Earths Division". The Dead Sea Genesis Apocryphon: A New Text and Translation With Introduction and Special Treatment of Columns 13–17. BRILL. ISBN 9789004168145.

Jacques T. A. G. M. Ruiten (2000). Primaeval History Interpreted: The Rewriting of Genesis 1–11 in the Book of Jubilees. BRILL. ISBN 9789004116580.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pemain berbakat itu disebut memiliki garis keturunan dari bekas provinsi di Indonesia. Namun benarkah demikian?

Fabio Carvalho mulai memperkenalkan namanya sejak di Fulham, dan bakatnya lantas dicium oleh Liverpool yang berani menebusnya di angka €5,9 juta pada musim panas 2022.

Nilai sebesar itu tergolong lumayan untuk pemuda berusia 19 tahun, yang diklaim memiliki garis keturunan Timor Leste -- negara tetangga Indonesia!

Namun benarkah ia punya singgungan dengan bekas provinsi ke-27 NKRI tersebut?

Goal coba membahasnya di sini!

Gol Perdana Di Liga Primer

Di laga versus Bournemouth pada awal musim 2022/23, Liverpool yang sudah unggul 5-0 di babak pertama mempercayakan Carvalho untuk masuk menggantikan Harvey Elliott.

Rupanya kesempatan itu tidak disia-siakan oleh si pemain, yang turut menyumbang gol kedelapan The Reds dalam kemenangan telak 9-0.

Carvalho bahkan memiliki peran yang sangat masif di pertandingan melawan Newcastle United (1/9), dengan mencetak gol kemenangan The Reds pada menit ke-98.

Gol yang dicetak Carvalho tersebut bisa jadi merupakan awalan yang baik untuk bakat yang digosipkan punya darah keturunan Timor Leste ini!